Kamis, 20 November 2014

Nita


Malam ini aku datang ke rumah Nita, dia menghubungiku kalau dia takut menjaga rumah sendirian. Kedua orang tua dan kakaknya sedang pergi ke tempat sepupunya, dan karena hujan lebat kemungkinan mereka baru bisa pulang esok hari.

 Tubuhku basah kuyup karena hujan ketika sampai di rumahnya. Aku lihat Nita di depan pintu dengan baju tidurnya yang bewarna putih. Wajahnya cantik malam ini namun tampak pucat, mungkin semua karena hujan.

"Masuk Ka, sudah kusiapin teh hangat di dalam."

 "Iya."

Aku masuk ke rumahnya, kulihat ada teh di atas meja lalu langsung kuminum untuk menghilangkan rasa dingin di tubuhku. Kemudian Nita datang dari kamarnya dengan membawa sebuah bantal untukku.


"Nih Ka, buat kamu tidur. Oh iya, itu kaset PS punya kak Fian ada di deket TV. Kalau kamu mau main PS dulu. Sekarang aku mau tidur, udah ngantuk."

 "Ok, met tidur Nit."

 Nita lalu masuk ke kamarnya sedangkan aku langsung menghidupkan PS3 milik kak Fian. Aku dan kak Fian sering main PS dan nonton bola, jadi terkadang aku sering menginap di rumah ini. Rumahku dan rumah Nita cukup dekat dan para tetangga juga sudah kenal dengan kami, jadi tak masalah jika aku menginap di sini. Lagipula tadi aku sudah ijin pada orang tuaku untuk menjaga rumah Nita karena dia sendirian.

 ***

 Sudah setengah jam aku bermain, aku melihat ke hp-ku dan jam sudah menunjukkan pukul 23.45 WIB. Saat itulah aku melihat pesan dari kak Fian yang baru saja masuk ke inbox-ku. Pesan itu terkirim jam 8 tadi, tapi baru kuterima sekarang. Ini pasti karna hujan hingga sinyalnya terganggu.
Eka, besok tolong kasih tahu gurumu kalau Nita nggak bisa masuk. Kami kecelakaan, sekarang Nita ada di UGD.
Aku terperanjat karena pesan itu, kucoba untuk menghubungi kak Fian namun tak bisa.

 "Jika benar Nita di UGD, terus Nita yang tadi siapa?"

Rasa penasaran yang tinggi membuatku melangkahkan kaki menuju kamar itu. Perlahan-lahan aku mencoba mengintip ke dalam kamar yang berpintu coklat itu. Aku menyentuh gagang pintu, menekannya perlahan lalu mendorong perlahan agar terbuka. Lalu, aku melirik ke dalam kamar, memastikan bahwa benar Nita yang ada di sana.

"Ah, dimana Nita? Bukankah dia seharusnya di kamar."

Tak ada siapa pun di kamar itu, kosong, kamar itu benar-benar kosong. Aku mengingat pesan yang di kirimkan oleh kak Fian. Jika benar Nita sedang gawat darurat di rumah sakit maka kemungkinan yang sebelumnya adalah roh Nita.

"Tidak...itu tidak mungkin."

Aku mundur ke belakang menjauhi pintu kamar itu, sesaat kemudian punggungku menyentuh sesuatu. Sesuatu yang tingginya sama dengan tubuhku, tidak... itu sedikit lebih pendek dariku. Aku menoleh ke arah belakangku secara perlahan dengan perasaan gugup.

"Eka...."

Aku terduduk di lantai saat setelah sosok itu memanggil namaku. Aku melihatnya, dia berdiri di depanku dengan senyuman yang sudah kukenal sejak dulu.

"Ni... Nita!"

"Kenapa kau takut seperti itu, Ka? Ini aku Ka, Nita."

"Nggak... nggak mungkin! Kak Fian tadi menghubungiku, dia bilang kamu sedang gawat darurat di rumah sakit. Jadi, nggak mungkin kamu bisa ada di sini," ucapku dengan ketakutan.

"Tapi aku di sini Ka! Ada yang mau aku ucapin ke kamu."

"Nggak...nggakk...."

Aku berdiri, lalu berlari menjauhi sosok yang mirip Nita itu menuju pintu rumah agar aku bisa keluar. Tapi, sosok itu mengejarku. Dia cepat seakan-akan dia tidak berlari.

***
Setelah keluar dari rumah Nita, aku masih berlari, namun langkahku berhenti saat Nita sudah berdiri di depanku.

"Kenapa kau lari, Ka? Padahal aku mau bilang sesuatu.'

"Nggak... jangan dekati aku! Kau bukan Nita, dia lagi di rumah sakit sekarang."

"Aku Nita, Ka. Nita!"

"Bukan... nggak mungkin kau Nita."

Sekali lagi aku berlari, namun langkahku berhenti setelah aku terpeleset di jalan tanah yang basah karena hujan. Kepalaku sakit, seperti habis terbentur suatu benda yang keras. Pandanganku samar-samar hingga akhirnya gelap sepenuhnya.

***
Pagi harinya, aku ditemukan oleh masyarakat sekitar rumahku. Mereka mengatakan bahwa aku tergeletak di tanah depan rumahku. Hal itu membuat orang tua-ku, namun ada hal lainnya yang membuat mereka khawatir.

Pagi itu, setelah heboh saat aku ditemukan tergeletak di tanah. Masyarakat sekitar rumahku pun dihebohkan dengan berita kematian Nita karena kecelakaan. Jenazahnya masih di rumah sakit dan akan dimakamkan setelah ashar.

Hal itu membuatku terkejut hingga aku tak bisa mengatakan apa-apa. Bahkan aku tak bisa mengatakan kejadianku saat malam sebelumnya.

Dalam hatiku berpikir, apa mungkin Nita yang kulihat itu memang dia, Lalu sebenarnya apa yang ingin dia katakan padaku. Aku terlalu bodoh, ketakutanku membuatku panik hingga aku bahkan tak mendengar ucapan Nita yang kulihat malam itu..


Sejak saat itu, aku terus dihantui oleh bayangan Nita. Bukan rohnya atau pun hal mistis lainnya. Tapi dihantui kenangan dan hal terakhir apa yang ingin dikatakan Nita kepadaku.


0 komentar:

:a: :b: :c: :d: :e: :f: :g: :h: :i: :j: :k: :l: :m: :n:

Posting Komentar